Wah narasumber kali ini penuh dengan keilmuan dibidang linguistik, pertama kali beliau hadir di kuliah online, saya langsung memotong dengan pertanyaan "Kalau buat cerita fiksi gak harus serumit ini kan?" Eh beliau jawab kalau cerita fiksi terserah kata Glen Freddly. Kok saya ngotot amat ya? maklum saya punya cerita fiksi Cerita di Angkot Hari Ini (CAHI) belum beres beres. Kurang berpengalaman dalam bidang fiksi alias menghayal..
Narasumber untuk materi ini adalah Imam Fitri Rahmadi. Beliau adalah seorang dosen Universitas Pamulang yang sekarang sedang kuliah S3 di Johannes Kepler Universität Linz Austria sejak tahun 2019 sampai sekarang. Imam Fitri Rahmadi pernah menulis 2 buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ketika masih kuliah S1 di UIN Jakarta (2018-2013). Pada penghujung kuliah S2 di Universitas Negeri Jakarta (2016), Imam mulai tertarik untuk menekuni penulisan akademik. Pada akhirnya, ketika mulai menjadi dosen di Universitas Pamulang (2017), Imam mengelola jurnal, menjadi reviewer jurnal kampus lain, dan banyak mengikuti pelatihan penulisan akademik Bahasa Inggris untuk keperluan persiapan studi lanjut ke luar negeri.
Narasumber untuk materi ini adalah Imam Fitri Rahmadi. Beliau adalah seorang dosen Universitas Pamulang yang sekarang sedang kuliah S3 di Johannes Kepler Universität Linz Austria sejak tahun 2019 sampai sekarang. Imam Fitri Rahmadi pernah menulis 2 buku yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ketika masih kuliah S1 di UIN Jakarta (2018-2013). Pada penghujung kuliah S2 di Universitas Negeri Jakarta (2016), Imam mulai tertarik untuk menekuni penulisan akademik. Pada akhirnya, ketika mulai menjadi dosen di Universitas Pamulang (2017), Imam mengelola jurnal, menjadi reviewer jurnal kampus lain, dan banyak mengikuti pelatihan penulisan akademik Bahasa Inggris untuk keperluan persiapan studi lanjut ke luar negeri.
Selain melakukan tugasnya sebagai seorang dosen dan
akademisi, Imam juga menulis didalam blog pribadinya, yang salah satunya
adalah https://tigabelase.wordpress.com/. Blog ini merupakan blog yang kesekian kalinya
yang berisi tulisan tentang bagaimana menulis dalam konteks akademik. Seperti
yang telah disampaikan bahwa saat ini Mas Imam sedang menjalankan studi S3 di
Johannes Kepler Universität Linz Austria dan semester ini beliau sedang mengambil
mata kuliah Academic Writing English untuk belajar lebih
lanjut tentang penulisan akademik. Bertepatan dengan itu semua, beliau diminta
oleh Omjay untuk mengisi materi yang sedikit lebih teoretis tentang dasar
menulis.
Paparan materi hari ini mengenai dasar menulis yang
meliputi pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf. Materi ini
bisa digunakan tidak hanya untuk penulisan akademik, tetapi juga untuk
penulisan personal dan formal agar materi dapat bermanfaat bagi semua peserta
pelatihan yang beragam. Untuk pemaparan hari ini beliau sudah menyiapkan
tulisan khusus di blog berisi materi yang dimaksud yaitu https://tigabelase.wordpress.com/2020/04/06/dasar-menulis-kata-kalimat-dan-paragraf. Pemaparan materi hari ini dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu membaca materi (20 menit), diskusi atau tanya-jawab materi, yang
dilanjutkan dengan latihan menyusun paragraf.
Materi: Dasar-Dasar Menulis
Ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan dalam
menulis, yaitu pemilihan kata, penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf.
1.
Pemilihan
Kata
Pilihan kata atau diksi merupakan aspek penting
dalam menulis. Pemilihan kata hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan konteks
penulisan. Antara penulisan personal, formal, dan akademik, diksi yang
digunakan bisa sangat berbeda meskipun dimaksudkan untuk mengungkapkan hal yang
sama seperti pada gambar dibawah ini.
·
Ibu guru
sedang ngobrol-ngobrol dengan kepala sekolah. (Personal)
·
Ibu guru
sedang berbincang-bincang dengan kepala sekolah. (Formal)
·
Ibu guru
sedang berdiskusi dengan kepala sekolah. (Akademik)
Ketiga kalimat diatas memiliki makna yang sama
dengan tujuan dan konteks penulisan yang berbeda.
·
Penulisan
Kalimat
Kalimat terdiri dari kalimat sederhana (simple
sentence), kalimat gabungan (compound sentence), kalimat kompleks (complex
sentence), dan kalimat campuran. Kalimat sederhana terdiri dari satu klausa
yang memiliki 1 subyek dan 1 predikat. Kalimat gabungan dibuat dengan
menambahkan salah satu kata dari singkatan FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but (tetapi), or (atau), yet (namun), so (sehingga).
Sedangkan kalimat kompleks dirangkai dengan menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah), because (karena), since (sejak), although (meskipun), while (sementara),
dan lainnya. Berikut contoh kalimatnya:
·
Sederhana:
Saya membaca tulisan di blog.
·
Gabungan:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya
tentang cara menulis kalimat.
·
Kompleks:
Saya membaca tulisan di blog ketika sedang bekerja dari rumah.
·
Campuran:
Saya membaca tulisan di blog untuk menambah pengetahuan saya
tentang cara menulis kalimat ketika sedang bekerja dari rumah.
·
Penyusunan
Paragraf
Paragraf adalah kumpulan kalimat yang mempunyai
satu kalimat utama (topic sentence) sebagai ide pokok atau gagasan utama
(main idea) dan beberapa kalimat penjelas (supporting sentences)
sebagai detail yang menjelaskan ide pokok. Salah satu jenis paragraf yang
mempermudah pembaca memahami isi lebih cepat adalah paragraf deduktif karena
memiliki kalimat utama yang berada di awal Paragraf. Paragraf yang diawali
dengan pernyataan yang bersifat umum ini diikuti oleh beberapa
penjelasan-penjelasan khusus seperti contoh-contoh, rincian khusus, bukti dan
lain sebagainya.
Kalimat topik sebaiknya dibentuk dengan kalimat
sederhana. Dalam setiap kalimat topik hendaknya ada controlling idea,
yaitu ide atau opini penulis mengenai topik dari sebuah topic sentence.
Setelah menetapkan kalimat topik, dibutuhkan kalimat penjelas (supporting
sentences) untuk membantu pembaca memahami tujuan tulisan tersebut. Bentuk
kalimat penjelas harus bervariasi, terdiri dari kalimat gabungan dan kompleks,
serta dilengkapi dengan kata penghubung sebagai transisi antar kalimat supaya
paragraf mengalir dengan baik dan mempermudah pembaca memahami dan menikmati
alurnya.
Contoh paragraf yang baik:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan
kelebihan. Pada satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak
begitu jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja sendiri. Bekerja
jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada sisi lain, bekerja dari
rumah justru waktu menjadi lebih fleksibel dan lebih banyak waktu untuk
keluarga. Selain itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat menghemat
pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat biaya operasional
kantor.
Paragraf diatas juga dapat dibuat bervariasi dengan
menambahkan kata sambung agar lebih enak dibaca dan dipahami, seperti:
Bekerja dari rumah memiliki kekurangan dan
kelebihan. Pada
satu sisi, bekerja dari rumah menjadikan jadwal kerja tidak begitu
jelas sehingga karyawan harus membuat jadwal jam kerja
sendiri. Bekerja jadi tidak nyaman bagi yang memiliki rumah sempit. Pada
sisi lain, bekerja dari rumah justru waktu menjadi lebih
fleksibel dan lebih banyak waktu untuk keluarga. Selain
itu, bekerja dari rumah bukan hanya dapat
menghemat pengeluaran untuk biaya transportasi tetapi juga menghemat
biaya operasional kantor.
Setelah pemaparan materi, pembelajaran dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh Mr. Bams (Pak Bambang) selaku ketua
kelas. Ada sekitar 36 pertanyaan ataupun komentar yang muncul di WhatsApp Grup
kami, yaitu:
1.
Dito
Anurogo – Dosen Unismuh Makassar
2.
Bagaimana
proses dan rahasia kreatif Anda?
3.
Adakah
hambatan terbesar selama proses kreatif ini?
4.
Bagaimana
Anda melihat fenomena literasi pada generasi milenial saat ini? Terutama dengan
maraknya medsos dan berita hoaks.
·
a) Proses
dan rahasia kreatif yang saya lakukan adalah dengan membaca.
Inspirasi itu secara ilmiah bukan berarti ditemukan
dengan merenung di bawah pohon atau duduk di pinggir danau sambil melamun. Jika
anda ingin menulis, berarti harus banyak baca dulu. Memperbanyak input sebelum
outputnya ditulis.
b) Hambatan terbesar adalah mencari Niche alias
topik yang orisinil yang belum ditulis oleh orang lain. Saya lebih sudah
menyebutnya sebagai tantangan. Ibarat mau meneliti, tantangannya adalah mencari
reserach gap sebagai novelty penelitian kita.
c) Literasi digital generasi milenial masih sangat
minim. Gerakan literasi digital di Indonesia sudah banyak yang mengarah ke
penanggulangan hoaks, ciber bullying, pornografi, dan lainnya. Justru yang
kurang adalah literasi digital untuk keperluan akademian sebagai bekal generasi
milenial untuk belajar di era digital. Belum ada gerakan literasi digital yang
mengarah ke situ. Tahun kemarin saya meneliti literasi digital untuk keprluan
akademik bagi mahasiswa generasi milenial dengan hibah PDP Dikti. Senang jika
ada yang meneruskan penelitian itu.
Bilal – Bengkulu: Bagaimana tips memilih konjungsi
yang tepat untuk menghubungkan setiap kalimat dalam satu paragraf dan bagaimana
menghubungkan antar paragraf?
·
Konjungsi
antar kalimat dipilih berdasarkan jenis kalimatnya. Sedangkan, konjungsi antar
paragraf dikontrol dengan kalimat topiknya. Untuk menjawab ini harus melihat
gambaran besar struktur sebuah artikel.
·
Struktur
artikel terdiri dari: pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Jika ditarik
garis-garis, semuanya berkaitan. Mulai dari judul, pendahuluan hingga
kesimpulan. Jadi, dalam pendahuluan, penulis mencantumkan thesis
statement alias pendapat penulis dulu. Pendapat penulis mengandung
beberapa kalimat topik. Nah, kalimat topik itu nanti yang akan ditaruh satu per
satu di setiap paragraf. Sehingga satu artikel nyambung semuanya.
·
Kemudian,
terkait menyambungkan antar kalimat, perlu diketahui tentang ini dulu. Kalimat
terbagi menjadi 4: pernyataan, pertanyaan, perintah, dan seruan.
Jadi, dilihat, kalau kalimatnya mengandung sesuatu
yang kontras bisa gunakan konjungsi: namun, padahal, dan lainnya. Juga terdapat
beberapa fungsi konjungsi. Dalam bahasa inggris enak sudah ada daftarnya. Pada
bahasa indonesia perlu diterjemahkan dulu
Suheri – Tangerang: Bagaimana cara membuat diksi
yang indah dan bisa dinikmati oleh pembacanya?
Diksi tidak perlu indah yang penting sampai pada
pembaca. Jadi, dalam memilih diksi sesuaikan dengan target pembaca. Diksi yang
terlalu tinggi itu justru bikin tulisan melayang dan tidak menyentuh ke tanah.
Ibaratnya begitu. Itu istilahnya adalah inflated words.
Rifatun – Salatiga: Dalam membuat kalimat harus
jelas topik yang dibahas/diutarakan. Apakah bisa untuk memperjelas
kalimat yang dimaksud menggunakan bahasa dalam sebuah kalimat menggunakan bahasa
lokal. Dan apakah daerah lain paham jika menggunakan bahasa lokal. Jika
tanpa ada keterangan yg umum/bahasa yg diketahui oleh umum.
·
Bisa.
Cara penulisannya, bahasa lokal dituliskan dengan huruf miring. Kemudian
dikasih penjelasan apa yang dimaksud dari istilah lokal yang digunakan
tersebut. Apabila sudah ditulis miring sebetulnya dalam kaidah penulisan Bahasa
Indonesia semua orang sudah paham kalau itu istilah di luar Bahasa Indonesia.
Supyanto – Bekasi: Bagaimana cara berlatih supaya
kita pandai memilih atau menempatkan kata-kata, sehingga menarik bagi para
pendengar atau pembaca?
Sekali lagi, perbanyak input. Perbanyak membaca
dulu sehingga kata-kata yang anda miliki akan semakin kaya. Maaf, kasarannya
seperti itu, jangan harap bisa menulis bagus kalau tidak pernah membaca.
Nantinya, anda akan dengan otomatis ketika ingin menulis muncul diksi-diksi
yang bagus. Tulisan anda juga otomatis akan semakin bagus.
Ini ceklist bagaimana cara memilih diksi:
·
Gunakan
kata-kata yang menarik.
·
Pastikan
pembaca mengerti setiap kata yang ditulis.
·
Pastikan
penggunaan kata baru yang dimengerti pembaca.
·
Hindari
melakukan pengulangan kata.
Jadi sebetulnya tolok ukur pemilihan diksi yang
paling penting adalah apakah diksi/kata yang dipilih dipahami pembaca atau
tidak.
Menurut pengalaman Mas Imam Fitri Rahmadi, lebih
sulit mana menyusun kata kalimat paragraf dengan mengoreksi tulisan orang lain.
Karena hukumnya sama. Kalau membuat kalimat yang dilihat diparagraf tinggal
memberi kata penyambung yang manis, jika mengoreksi tulisan orang lain lebih
sulit apa sebaliknya?
·
Hmmm..menyusun
dan mengoreksi. Mengoreksi dalam arti apa ini? Kalau membenarkan tulisan orang
lain yang banyak kesalahannya memang cukup rumit. Mending ditulis ulang dengan
kata sendiri. Ibarat penjahit, lebih suka jahit baju dari awal daripada harus
benerin baju yang salah jahit. Namun, jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai,
akan mudah mengoreksi tulisan orang lain.
Isminatun – Sukoharjo: Mohon pencerahan Bapak
Imam. Beberapa saat lalu saya cukup aktif berlatih menulis. Rasanya waktu itu
agak lancar. Dalam kurun waktu 2 tahun tidak latihan lagi. Saat memulai jadi
kaku dan terasa harus mengulang dari awal. Mengapa begitu?
·
Bahasa
secara alamiah memang seperti itu, baik dari segi writing, speaking, listening,
maupun reading. Jadi, itu normal karena otak belum terbiasa untuk
mengolah bahasa kembali. Solusinya, membiasakan diri kembali untuk menulis.
Sebetulnya tidak mengulang dari awal, Ibu tinggal me-recall/memanggil
kembali kebiasaan Ibu dalam menulis dulu, kemudian mulai dibiasakan lagi mulai
dari sekarang hingga ke depannya.
Rasita – Kepala SDN 16 Penarik Kab Mukomuko Prov
Bengkulu: Bagaimana membuat paragraf yang tepat?
·
Ini
pertanyaan mendasar yang sangat penting. Pahami kembali struktur paragraf.
Materi yang saya tulis belum terlalu dalam membahas tentang penyusunan
paragraf. Melalui pertanyaan ini, akan saya coba perdalam.
·
Ini
struktur paragraf yang lebih lengkap. Jadi kalimat penjelas itu terbagi menjadi
2: 1) kalimat penjelas mayor; dan 2) kalimat penjelas minor. Kalimat penjelas
mayor menjelaskan kalimat topik. Kalimat penjelas minor menjelaskan kalimat
penjelas mayor. Kemudian, diakhiri dengan kalimat penutup bila diperlukan.
Kalimat penjelas dapat berupa fakta, alasan, contoh, data, dan lain
sebagainya.
·
Praktik
menulis paragraf yang tepat, sekiranya begini. Selalu tanyakan “what/why”
apa atau kenapa dari kalimat topik. Jika kalimat topik membutuhkan detail apa,
maka jelaskan apanya. Jika kalimat topik butuh detail kenapa, maka jelaskan
kenapanya.
·
Satu
lagi, jika apa dan kenapa tidak berfungsi, saatnya berpikir alternatif dengan
kata “jika”. Yang ini agak susah dijawab dengan tulisan. Namun, beberapa
paragraf dalam tulisan materi saya ada juga yang menggunakan alternatif kata
“jika”.
Aam Nurhasanah, S.Pd. – Kp. Gajrug, Lebak-Banten:
Bagaimana membuat sebuah paragraf yang baik dan menarik untuk dibaca? Karena
sudah berkali-kali saya coba buat tulisan, tulisan saya kurang menarik dan
biasa saja. Adakah tips khusus untuk mengembangkan sebuah diksi, kalimat, dan
paragraf yg menarik untuk dibaca?
·
Paragraf
yang baik dan benar harus memperhatikan koherensi dan kohesinya. Jika keduanya
terpenuhi, paragraf baik. Koherensi berarti logikanya nyambung dari kalimat
topik hingga minor detailnya. Kohesi berati kata, diksi, konjungsi yang dipakai
tepat hingga mudah dibaca.
·
Setidaknya
ada 2 model yang bisa membantu Ibu bagaimana menyusun paragraf yang baik. Model
pertama: PEEL; yaitu P (Point): kalimat topik. E (Elaborate):
penjelasan kalimat topik (major detail). E (Evidence):
bukti yang menjelaskan major detai (minor detail) yang bisa berisi
fakta, quote, data, atau contoh. L (Link): diakhiri
dengan menyambungkan semuanya di penutup.
·
Ini model
yang ke-2. C (Claim): klaim sebagai pernyataan kalimat topik. P (Proof):
bukti yang bisa anda berikan untuk mendukun kalimat topik. dan R (Relevance):
kaitan keduanya sebagai kesimpulan atau penutup jika diperlukan.
Saya baru tahu perbedaan penggunaan aku dan saya.
Waktu menulis di blog saya sempat bingung pake aku atau saya. Pertanyaan: untuk
artikel bebas yang mana yang harus digunakan. kata personal, formal atau
akademik?
·
Artikel
bebas atau artikel populer bisa menggunakan antara kata personal atau formal.
Yang pasti, kata ganti orang sangat dihindari dalam penulisan akademik. Dalam
konteks blog, saya dan anda masih termasuk formal, para blogger profesional
banyak menggunakan kata ganti itu. Aku dan kamu bisa digunakan juga supaya
terasa lebih personal. Jadi, lihat kembali siapa pembaca.
Sius – SMA 2 Salatiga: Tentang penggunaan kalimat,
kata atau juga frasa. Terkadang dalam menulis buku ada beberapa istilah teknis
yang justru kalau diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia sedikit aneh, dan
mungkin berubah pemahaman bagi pembaca. Adakah ketentuan dari penerbit bahwa
naskah diupayakan dalam bahasa Indonesia yang baku?
·
Tidak
ada. Dalam tata Bahasa Indonesia yang resmi pun kata asing boleh dimasukkan
dengan cara penulisan tersendiri. Biasanya dengan dicetak miring.
·
Semua
tergantung konteks dan target pembaca sebetulnya. Penerbit besar seperti
Elexmedia, naskah teman saya diterbitkan disana dengan gaya bahasa elu gue.
Tidak msalah karena target pembaca anak alay.
Mukminin – Lamongan: Sebaiknya dalam karya ilmiah
menggunakan paragraf deduktif, induktif atau campuran. Atau boleh semuanya?
·
Secara
umum, boleh semuanya. Namun, dalam teori penulisan akademik, supaya paragraf
mudah dipahami gunakan paragraf deduktif. Jadi, kalimat pokok selalu di depan.
Dalam penulisan artikel jurnal juga seperti itu.
·
Sejauh
saya mengamati, penerapan paragraf deduktif, induktif atau campuran, itu hanya
diaplikasikan dalam reading atau naskah bacaan untuk ujian
bahasa atau ujian sekolah. Namun, praktek dalam menulis, yang banyak digunakan
adalah paragraf deduktif.
Agus – Ponjong: Apakah dalam penulisan paragraf
dalam sebuah buku misalnya buku untuk materi pembelajaran maka diksinya harus
selalu akademik atau boleh bervariasi?
·
Sekali
lagi, pemilihan diksi tergantung target pembaca. Dalam konteks buku pelajaran
sebaiknya gunakan diksi yang formal saja. Siswa akan bingung jika diksi terlalu
akademik. Beda misalkan membuat buku teks untuk anak kuliah atau kalangan
akademisi, dimana ini sudah masuk ke penulisan akademik, gunakan diksi
akademik.
Ridwan Nurhadi – Tangerang: Apakah menulis harus
benar-benar menggunakan kata baku meskipun untuk cerita fiksi.
·
Tidak.
Sederhananya, mengutip judul lagunya almarhum Glen Fredly, “terserah . . .”
Sesuka penulisanya jika ingin menulis fiksi. Namun, ada satu hal yang tetap
dijadikan patokan, setiap satu paragraf pasti ada inti pesan yang ingin
disampaikan meskipun dalam penulisan fiksi. Tetapi, dalam penulisan paragraf
tersebut tidak seketat penulisan non-fiksi.
Firdaus – SMKN 16 Jakarta: Apakah sebuah paragraf
yang Baik harus terdiri dari 4 jenis kalimat seperti contoh.
·
Tidak.
Ini sepertinya sudah ada jawabannya di komentar tulisan di blog
Uri – Majalengka: Bagaimana cara membuat kalimat
utama yang baik ketika kita akan menyusun paragraf dan dimana menempatkan
kalimat utama tersebut pada suatu paragraf, apakah di awal, di tengah, atau di
akhir paragraf, agar lebih mudah dalam menjabarkan menjadi sebuah paragraf yang
utuh dan baik?
·
Ini rumus
gampangnya. Kalimat topik selalu taruh di depan. Kalimat topik dilengkapi
dengan controling idea atau ide pengontrol. Ide pengontrol itulah yang
dijelaskan dalam kalimat penjelas. Kalimat penjelas dapat berupa aneka detail
atau contoh. Kemudian diakhiri dengan kalimat penutup jika dibutuhkan
Suheri – Tangerang: Bagaimana cara membuat diksi
yang indah dan bisa dinikmati oleh pembacanya?
·
Baik,
muncul lagi pertanyaan seperti ini, ini penjelasan lebih lanjutnya:
Ada 6 prinsip dalam memilih diksi:
1.
Pilih
kata yang mudah dipahami
2.
Gunakan
kata yang spesifik dan kontekstual
3.
Pilih
kata yang paling kuat diantara pilihan diksi yang ada
4.
Lebih
baik, tekankan pada penggunakaan kata yang positif daripada sebaliknya
5.
Hindari
penggunaaan diksi yang tinggi secara berlebihan
6.
Juga
hindari diksi yang terlalu jadul
Jadi, sekali lagi, diksi dipilih sesuai target
pembaca.
Yulius Roma – Tana Toraja, Sulawesi Selatan:
Masalah yang sering saya temui adalah menyusun kalimat topik. Topik seringkali
sudah siap tempur dalam pikiran, namun ketika akan dirangkai masuk tulisan,
topik itu menjadi rumit kembali untuk dirangkai. Adakah trik paling
sederhana bagaimana menyusun kalimat topik dalam sebuah paragraf.
·
Paling
sederhana, bikin outline kalimat topiknya terlebih dahulu
dalam bentuk ceklist atau dinomorin. Ini sebenernya masuk ke pembahasan lain,
tapi mari kita singgung sedikit. Jadi, dalam menulis, bikin dulu outlinenya.
Mulai dari Pendahuluan, isi, dan penutup. Dari pendahuluan sudah ditentukan apa
yang akan dibahas (thesis statement). Thesis statement/poin
yang akan dibahas dijadikan controlling idea pada setiap
kalimat topik. Diakhiri dengan menyimpulkan semuanya. Ketika outline bagus,
tulisan bagus. Silakan perhatikan tulisan materi saya di blog. Pada pendahuluan
sudah ketahuan akan membahas apa. Pada isi, itu lah yang dibahas. Terakhir,
saya kasih kata-kata penutup sedikit. Ingat format ini.
Iren – DIY: Apabila sebuah tulisan berupa paragraf
ditujukan untuk anak SD usia kelas atas, kira-kira kalimat majemuk apa yg
sebaiknya dibuat agar tidak rumit dan mampu dipahami dengan baik namun tidak
monoton?
·
Semua
variasi kalimat bisa digunakan. Betul, supaya tidak monoton dan membosankan
ketika dibaca. Seperti yang tertera di materi, yang menentukan rasa tulisan
adalah lebih ke diksi yang digunakan. Ibarat seperti gambar ini yang
mengibaratkan menulis seperti melukis, diksi itu seperti warna pada lukisan.
Lukisan untuk orang dewasa dengan lukisan untuk anak-anak sangat berbeda
warnanya. Begitu juga dengan tulisan anak-anak diksi yang digunakan pasti lebih
mudah dipahami daripada diksi pada tulisan untuk orang dewasa. Kalimat
sederhana jika diksinya tinggi juga susah dipahami. Jadi, lebih perhatikan ke
diksi yang ingin digunakan untuk anak SD.
Fatimah, S.Si.: Tip dan trik apa yang digunakan
agar tulisan kita terlihat baik dan menarik, dan bagaimana cara kita
memilih kata yang benar. Bagaimana cara kita bisa membuat kalimat campuran yang
baik?
·
Tulisan
yang baik dan menarik adalah yang ditulis sesuai dengan kaidah penulisan,
terutama ini dalam konteks penulisan formal dan akademik.
·
Tips dan
trik:
·
Perbanyak
input: membaca
·
Berlatih:
mencoba sedikit demi sedikit beberapa dasar menulis yang sudah kita pelajari
·
Menulis:
rajin menulis
·
Kata yang
benar adalah kata yang digunakan sesuai dengan tujuan dan konteksnya. Kata yang
baik adalah kata yang bisa menyampaikan informasi sesuai yang diinginkan oleh
penulis sesuai dengan target pembaca. Pemilihannya berati disesuaikan dengan
tujuan, konteks, dan target pembaca.
·
Kalimat
campuran adalah gabungan dari kalimat gabungan dan kalimat kompleks.
·
Kalimat
gabungan dibuat dengan menambahkan salah satu kata dari singkatan FANBOYS: for (untuk), and (dan), nor (maupun), but (tetapi), or (atau), yet (namun), so (sehingga).
Sedangkan kalimat kompleks dirangkai dengan menambahkan kata seperti when (ketika), after (setelah), because (karena), since (sejak), although (meskipun), while (sementara),
dan lainnya.
Jika sudah sesuai dengan kaidah di atas, kalimat
campuran akan baik. Silakan lihat contoh pada materi di blog.
Iin – Kediri: Apakah ide yang kita tulis harus
dijelaskan dengan detail ataukan kita menganggap bahwa pembaca sudah
punya schemata sehingga beberapa hal tidak perlu kita jelaskan
dengan rinci?
Pertanyaan memiliki 2 dimensi. Jika dalam karya
fiksi dan/atau dalam penulian personal, ide justru disimpan. Seperti cerpen
yang ada plotnya, ide ditaruh di klimaks atau dikasih tahu pelan-pelan supaya
pembaca penasaran. Namun, dalam penulisan non-fiksi dan/atau penulisan formal
dan akademik, ide justru harus disebutkan secara gamblang di depan. Ide harus
sudah ditonjolkan di pendahuluan, diturunkan jadi kalimat topik, dan
disimpulkan di akhir. Misal, dalam menulis artikel jurnal, bahkan ada yang
namanya abstrak yang berisi isi tulisan, dengan membaca abstrak saja sudah tahu
gambaran seluruh isi artikelnya. Dalam penulisan formal, para jurnalis
meletakkan semua ide/informasi penting di paragraf pertama, baru informasi yang
tidak penting di belakang. Namanya model piramida terbalik seperti ini.
Miseran – Kalsel: 1) Sejak kapan bapak memulainya
dan adakah perasaan jenuh dan bagaimana mengatasinya. 2) Pernahkah tulisan
bapak tidak dihargai orang dan bagaimana kita menimbulkan kepercayaan kepada
tulisan kita sendiri?
·
1) Saya
mulai rajin menulis sejak kuliah S1 dengan mengikuti salah satu komunitas
menulis tentang narasi lokal di sini: https://akumassa.org/id/author/imam-fitri-rahmadi. Jenuh sesekali datang. Caranya tutup laptop,
jalan keluar. Baru balik lagi dengan pikiran yang fresh.
·
2)
Pernah, jangankan orang lain, saya juga pernah tidak menghargai tulisan saya
sendiri
. Menulis merupakan sebuah proses yang lambat laun
kita akan suka dengan tulisan kita sendiri. Selama proses tersebut, “bodo amat”
saja dengan semua kata orang. Silakan baca tulisan saya 7 tahun silam, jelek
banget. Seperti semangat yang selalu disampaikan Omjay, menulis saja terus dan
buktikan apa yang terjadi. Yang lebih penting, temukan motivasi internal dalam
diri kenapa harus menulis. Kalau motivasi internal sudah kuat, gak peduli kata
orang, menulis tetap jalan terus. Jika kita sendiri sudah suka dengan tulisan
sendiri, itu sudah jauh dari cukup ketimbang ambil hati komen orang lain.
Ropiyanto – Curup, Bengkulu: Mana yg lbih efektif
digunakan, deduktif atau induktif?
·
Dalam
penulisan formal dan akademik, paragraf deduktif lebih efektif dan sangat
disarankan.
Iez – Dosen Ikip Jember:
Menulis yang kreatif tidak datang di bawah pohon,
tetapi dengan merenung melihat fenomena barangkali ide ada di situ, awal saya
bingung sekali karena pengalaman saya menulis artikel scopus berlatar belakang
dasar teori yg mengkerucut, nahh pertanyaan saya, yang mana yang dikatakan
menulis itu mudah jika tidak punya dasar literasi yg cukup?
Jika itu mudah ditulis, apakah benar-benar tidak
pernah ditulis orang lain tanpa harus menulis studi pendahulu?
Kebetulan saya riset tentang bimbilon yaitu
bimbingan online kebetulan saya merujuk pada artikel Khasvari
dr Austria, tentang peningkatan Social Presence bagi
pembelajar jarak jauh, barangkali bisa ada pencerahan dari Mas Imam Fitri
Rahmadi?
·
1)
Menulis personal seperti update status dan lainnya mudah.
Menulis formal seperti menulis berita dan laporan formal membutuhkan dasar
literasi yang cukup. Menulis akademik seperti menulis laporan penelitian dan
artikel jurnal membutuhkan dasar literasi yang tinggi.
·
2) Ada
yang bilang, tidak ada yang baru selama masih berada di bawah sinar matahari,
jadi segala kebaruan (inovasi) yang ada pasti ada silsilahnya ke belakang, maka
studi pendahuluan paling tidak dengan systematic literature review harus
dilakukan. Apalagi menulis untuk jurnal Scopus, novelty-nya harus
kuat. Untuk menyatakan bahwa tulisan punya kebaruan, tidak bisa hanya dengan
klaim semata, tetapi harus dengan pembuktian dari apa yang sudah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya ternyata belum menyentuh pada fokus penelitian yang kita
lakukan.
·
Saya
perlu membaca artikelnya dulu. Silakan bisa dilanjut via japri.
Apakah dalam ragam tulisan formal dan akademik
harus selalu SPOK? Atau haruskah selalu ada unsur tersebut?
·
Tidak,
susunannya bisa divariasi. Namun, minimal harus ada unsur Subjek dan Predikat
untuk bisa sah dianggap sebagai kalimat.
Etik Nurinto, S.Pd. – SD Kabupaten Pemalang Jawa
Tengah: Bagaimana ciri-ciri paragraf yang baik, apa harus lengkap dengan
struktur kalimat dan pemilihan diksi yang tepat atau yang enak dibaca saja?
·
Secara
teoretis, paragraf yang baik sudah saya jelaskan pada materi di blog dan
diperjelas kembali lewat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Sebagai
penulis pemula, bisa bertahap tidak harus langsung sempurna sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
·
Jadi,
mohon maaf, Bapak dan Ibu, jangan sampai semua teori yang kita bahas malam ini
justru bikin keder untuk menulis. Pelan-pelan saja mari kita pahami dan mulai
terapkan sedikit demi sedikit.
Rolly – Kalsel: Apakah ada gaya menulis klasik dan
modern? Kalo ada apa bedanya dari segi penulisan?
·
Maaf,
saya baru mendengar klasifikasi menulis dari segi klasik dan modern, saya tidak
bisa jawab.
Etik Susanti – SDN Tunggaknongko Semanu Gunungkidul
Yogyakarta: Teknik curah gagasan yang seperti apa agar efektif dan efisien
dalam era ini sebagai upaya menyimpan ide yang mudah terlupakan saat terlintas
dipikiran kita? Kalau jaman dulu tulis di kertas kecil (blocknote) dan
Hp.
·
Curah
gagasan atau bahasa kerennya brainstorming memang sering
dilakukan untuk menghimpun ide, biasanya lebih efektif dengan berdiskusi dengan
orang lain sebagai lawan berpikir. Cara yang sudah disampaikan oleh Om Bud
kemarin itu out-of-the-box banget dalam mencari dan
mendokumentasikan ide.
Bisakah jawaban Pak Imam pake Bahasa Indo? Kurang
ngerti Bahasa Inggris.
·
Mohon
maaf atas hal tersebut. Ini sekaligus menginformasikan bahwa semua gambar
tersebut bukan buatan saya melainkan saya kumpulkan dari berbagai sumber untuk
membantu menjelaskan. Pelan-pelan saya akan coba terjemahkan gambar tersebut
menjadi tulisan berbahasa indonesia supaya lebih mudah dipahami.
Noralia – Semarang: Jika suatu bacaan terpatok pada
EYD yang tepat, benar ataukah tidak jika nanti tulisan tersebut akan terasa
lebih kaku, seperti saat kita sedang membaca tulisan ilmiah. Lain cerita kalau
novel atau cerpen atau mungkin tulisan fiksi lain, sepertinya tidak melulu
menggunakan EYD yang baku.
·
Betul,
tulisan fiksi lebih fleksibel daripada tulisan non-fiksi. Namun, kalau terkait
EYD atau yang sekarang adalah PUEBI, kedua jenis penulisan harus sesuai dengan
aturan PUEBI kalau tidak akan susah dipahami. Beda kalau terkait kata, kalimat,
dan paragraf, karya fiksi terserah tidak harus sesuai dengan aturan dasar yang
kita bicarakan barusan.
Rusmin (G8-017) – Kab. Barito Kuala KALSEL:
Penulisan kata yang kurang sesuai dengan tujuan atau konteks tulisan, seperti
mestinya diksi tersebut lebih pada personal tetapi sebenarnya tujuan tulisan
itu adalah laporan. Apakah ini tidak merupan bagian dari pembeda/sekat antara
penulis dengan penerima laporan sehingga kedekatan secara personal pun
dirasakan. Dan apa dampak dari kesalahan diksi itu?
·
Laporan
dalam konteks pekerjaan memang harus dengan diksi yang formal untuk menunjukkan
profesionalitas. Kedekatan personal dalam konteks kerja profesional justru
menjadi hal yang kurang pas. Bisa saja dekat secara personal, namun untuk
urusan laporan kerja tetap formal.
·
Diksi
yang salah membuat kalimat susah dipahami dan bisa berujung pada miskomunikasi.
Asep Dahlan – Kepsek SLB Jakarta: Dalam membuat
paragraf kadang saya terjebak dengan kalimat yang sudah terlanjur ditulis.
Bagaimanakah agar tulisan saya mengalir dalam membuat paragraf?
·
Hal
tersebut sangat lumrah. Supaya tidak terjebak, buat outline pointer yang
ingin ditulis. Bisa juga menerapkan strategi free writing, yaitu
tulis aja semuanya dulu yang ada di kepala baru nanti dirapihkan lagi
Budi Artopo – SDN MeLikan Rongkop GunungkiduL
Yogyakarta: Bagaimana cara mengembangkan tema jika sudah mentok Pak?
·
Lihat
dari perspektif yang lain. Ibarat tema merupakan suatu bangun, awalnya kita
menulis dengan sudut pandang dari sebelah kiri bangunan, kembangkan dengan
melihat dari sudut sebaliknya dan sudut yang lainnya.
Wiji – Malang: Jika pembaca kita adalah murid SMP
mata pelajaran Bahasa Inggris, dalam membuat paragraf berdasarkan level pahaman
mereka, yang sesuai paragraf deduktif atau induktif?
·
Dalam
menulis, supaya lebih mudah dipahami, gunakan paragraf deduktif.
Siti Fatimah – Mojokerto: Saya baru belajar menulis
dimulai pada grup belajar. Dan selama ini saya menulis di blog tanpa
menggunakan aturan sama sekali. Saya biarkan tulisan saya mengalir
sebebas-bebasnya. Menulis bebas ada kenikmatan tersendiri. Rasa takut
kalau tulisan kita salah tak ada lagi. Namun jika saya mengikuti aturan yang
detail tersebut saya malah belum. Apakah tulisan saya yang gaya bebas ini
merupakan tulisan yang kurang benar, dalam kaidah menulis?
·
Kaidah
menulis sesuai dengan konteksnya, dan lebih berlaku untuk penulisan formal dan
penulisan akademik. Dalam kasus Ibu Siti yang menulis di blog secara personal
dengan gaya sesuka hati, sebetulnya sah-sah saja. Tidak ada yang melarang dan
menyalahkan. Namun, bisa jadi tulisan akan sedikit susah dipahami karena tidak
sesuai dengan kaidah yang lumrah.
Saran saya, sebebas-bebasnya menulis, sebaiknya
kaidah dasar menulis tetap diterapkan meski tidak seketat kalau mau menulis
formal atau akademik.
Tito – Limapuluh Kota Sumbar: Karena peserta lain
sudah banyak yang bertanya tentang materi, maka saya akan bertanya sedikit
melenceng. Bagaimakah caranya agar kita bisa kuliah keluar negeri dengan
beasiswa?
·
Cerita
persiapan diri dan perjuangan saya dalam meraih beasiswa saya tuliskan di
sini: https://tigabelase.wordpress.com/category/road-to-phd. Sungguh perjalanan yang cukup pajang. Bapak dan
Ibu akan mengetahui berapa kali saya belajar Bahasa Inggris untuk bisa sampai
pada sampai titik ini, berapa kali saya gagal melamar beasiswa, berapa kali
mengirim email ke professor di luar negeri, dan lainnya. Semoga dapat
bermanfaat bagi teman-teman yang ingin kuliah ke luar negeri dengan beasiswa.
Kesimpulan & Penutup
·
Terkait
dengan kata dan penggunaannya secara umum, sebetulnya bahasa dapat dibagi menjadi
2 kategori: spoken dan written language atau
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan biasanya kosa kata dan
struktur kalimatnya lebih sederhana, model seperti ini banyak diadaptasi untuk
menulis dengan cara personal. Bahasa tulisan digunakan untuk penulisan formal
dan akademik yang biasanya baik kata maupun struktur kalimatnya lebih kompleks.
Jadi, jika ingin menulis formal dan akademik, pastikan yang dipakai adalah
bahasa tulisan. Bahasa tulisan sangat konsern terhadap variasi penggunaan kata,
penulisan kalimat, dan penyusunan paragraf.
·
Terkait
dengan kalimat, 4 jenis kalimat dan fungsinya ini perlu diperhatikan kembali.
·
Kalimat
pernyataan, berfungsi untuk menceritakan sesuatu.
·
Kalimat
pertanyaan, berfungsi untuk menanyakan sesuatu.
·
Kalimat perintah,
berfungsi untuk menginstruksian sesuatu.
·
Kalimat
seruan, berfungsi untuk mengespresikan seuatu yang mengherankan/mengagetkan
Silakan keempatnya bisa digunakan untuk variasi
tulisan, selain menggunakan formula kalimat sederhana, gabungan, kompleks, dan
campuran.
·
Terkait
dengan paragraf, ada 4 tipe yang lebih jauh perlu diketahui.
·
Jika
bapak dan ibu hanya ingin menjelaskan apa itu virus corona, gunakan paragraf
deskriptif.
·
Jika
bapak dan ibu ingin menjelaskan asal mula virus corona, gunakan paragraf naratif.
·
Jika
bapak dan ibu ingin menjelaskan cara pencegahan virus corona, gunakan paragraf
ekspositori.
·
Jika
bapak dan ibu ingin menjelaskan bahwa virus corona itu sangat berbahaya,
gunakan paragraf persuasif.
Satu lagi tentang paragraf, seperti ini gambarannya
jika dikemas dalam model humburger. Kalimat topik ada di atas. Kalimat penjelas
di tengah. Kalimat penutup di akhir.
·
Latihan1:
Bapak dan Ibu, paragraf ini belum memiliki kalimat
topiknya. Jadi kasihan, anak kalimatnya tidak memiliki induk kalimat. Minta
tolong untuk dibuatkan kalimat topiknya kemudian ditaruh sebagai kalimat
pertama pada paragraf tersebut.
Tetap di rumah saja dinilai sebagai salah satu cara
yang paling efektif. Menggunakan masker ketika terpaksa harus bepergian dan
selalu menjaga jarak dengan orang lain merupakan cara lainnya. Senantiasa jaga
stamina dengan istirahat yang cukup juga dapat dilakukan untuk menjaga imun
tetap baik sehingga tidak rentan tertular.
·
Latihan
2:
Paragraf ini baru ada kalimat topiknya. Mohon
tambahkan minimal 3 kalimat penjelas:
Pendemi koronavirus mengubah pola orang dalam
bersosialiasi, bekerja, dan belajar di Indonesia.
·
Latihan
3:
Buat satu paragraf dengan tema bebas. Kalimat topik
harus memiliki ide pengontrol. Paragraf memiliki setidaknya 3 kalimat penjelas
yang mendukung atau menjelaskan lebih lanjut ide pengontrol
Note: Latihan
dikerjakan dalam tulisan terpisah dengan resume
Tidak ada komentar:
Posting Komentar